Sabtu, 19 Maret 2011

Belajar Menulis

hemm well, ternyata belajar nulis itu gak segampang keliatannya...

musti sabar banget.. apalagi pas nyari idee..

wihh kalo lagi mampet susah banget bikin satu paragraf 

kalo lagi lancar mah bisa jadi dua atau tiga paragraf

blum lagi kata - katanya harus yang baik dan benar alias EYD

Jadi inget pelajaran bahasa Indonesia dah.. hehehhe

udah pernah nyoba bikin dari cerpen ampe artikel (kecuali novel.. hehehe kagak ada waktu)

sampe gw coba kirim - kirim ke redaksi gitu tapi masih aja ditolak ;(

hmm.. semangat terus deh buat nulis - nulis

namanya juga belajar hahahha

semoga lain waktu gw bisa transletin ni tulisan ke bahasa bule alias English!!

amiinn ;)

Ciptakan Ruang Sehat dengan Banyak Bukaan

SAAT di rumah terasa sesak, seperti terkena asma? Atau panas. Padahal cuaca di luar tidak panas. Mungkin sirkulasi udara di rumah Anda tidak baik. Coba ingat-ingat sangat membangun, apa Anda memperhatikan pola sirkulasi udara?
Jika tidak, saatnya Anda merenovasi. Bentuk ulang rumah Anda menjadi sehat dengan aliran udara dan cahaya yang seimbang. Dengan hunian sehat diharapkan kualitas hidup meningkat.
Lalu bagaimana membentuk rumah sehat? Yang efisien adalah dengan memperbanyak bukaan? Bukaan macam jendela, ventilasi, ataupun pintu. Seperti kata Ir. Sukendro S.P, rumah sehat adalah efisien, memiliki aliran udara dan cahaya cukup.
Bukaan yang ideal akan membawa udara segar yang ada di lingkungan sekitar masuk ke dalam. Udara panas di dalam pun tergantikan hingga membentuk sirkulasi. Bukaan membuat ruang “bernafas”. Yang patut diperhatikan adalah proses aliran udara. Bagaimana tekanan udara membuat udara mengalir ke atas. Untuk itu buatlah bukaan silang, baik saling berhadapan atau beda ketinggian.
Untuk bukaan pada bagian bawah dinding, biasa difungsikan untuk mengalirkan udara segar dari luar. Sedangkan ventilasi di atas untuk membuang keluar udara panas. Dengan begitu sirkulasi udara tidak terhambat.
Seberapa besar dan banyak bukaan? Itu semua tergantung peruntukkan ruang. Untuk kamar tidur, atau ruang privat lain, minimal bukaan adalah 1/3 dari luas ruang. Luas bukaan tersebut diluar pintu. Jika peruntukkannya untuk ruang publik maka luasannya lebih besar, minimal 2/3 luas ruang. Semakin banyak bukaan berarti banyak terjadi pertukaran udara, dan kualitas ruangppun lebih terjaga.

Jumat, 18 Maret 2011

Manusia, Budaya,dan Arsitektur

    Pada saat ini kita ketahui bahwa banyak sekali gedung – gedung menjulang tinggi serta berbagai bentuk bangunan  yang dapat kita temui sehari – hari. Tetapi pernahkah anda berpikir  mengapa bangunan di setiap daerah di Indonesia berbeda – beda? Hal ini bisa jadi dipengaruhi budaya , kebutuhan, serta kegiatan itu sendiri.

    Pengertian Budaya

Budaya = budi dan daya
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk sosialdigunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam danlingkungan sosial).

Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari
dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul.
Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial.

Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya
yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran manusia.
Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya: mitis, ontologis,
fungsional.

    Pengertian Arsitektur

Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon.
Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang berdirikokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukangahli bangunan yang utama.

Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli karya) atau magister lapidum (guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir, kaisar-kaisar Roma,dan dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki profesi politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara.

Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat
bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman, pemahat).
Namun yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa Jawa Kuna,
Vasthuvidya atau Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu kebijaksanaan; wastu =
bangunan).

Hubungannya kebudayaan dengan arsitektur:
Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi:
agama, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika.
Nilai sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan
kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika).
Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan, teknologi,
asosiasi, estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang tepat.

Manusia dan Budaya dalam Pembentukan Arsitektur

      
Manusia di setiap Negara pasti memiliki adat dan istiadat yang berbeda. Manusia membangun suatu bangunan pada dasarnya digunakan untuk tempat melakukan aktifitas disamping sebagai tempat berlindung. Budaya yang dianut pun turut berperan dalam menentukan bentuk suatu bangunan dan letak bangunan itu sendiri.
        Sebagai contoh bentuk bangunan rumah  di Bali yang menganut Tri Angga. Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali. Yaitu :
  1. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala.
  2. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.
  3. Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki.
Begitu pula pada masa sekarang ini, dimana manusia semakin padat aktifitasnya sehingga menganut budaya modern yaitu segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat dan instan. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap bentuk bangunan. Contohnya pada perumahan di kotakota besar di Indonesia seperti Jakarta, memiliki model rumah bergaya minimalis yang mencerminkan bahwa penghuninya ingin membuat rumah yang bergaya simpel.
Kesimpulannya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari budaya dalam kehidupannya. Hal tersebut berpengaruh dalam pembentukan bangunan serta tata letaknya. Sehingga terkadang para ahli sejarah dapat mempelajari budaya suatu kaum atau suku dari peninggalan bangunannya.

Sumber :
                       
 http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Bali