1.Gambaran Kawasan Masjid
Masjid ini terletak di kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakata
Pusat. Masjid ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya didaerah kawasan
menteng.
Parkir dan taman ini
terkadang bisa difungsikan sebagai tempat solat para jamaah jika didalam
bangunan sudah penuh terutama untuk solat Jum’at dan solat Hari Raya. Selain
itu, para pedagangan asongan kerap kali memenuhi parkiran dan taman jika ada
acara pada masjid.
2. Langgam
Arsitektur Masjid Cut Meutia
Jika dilihat dari fasad dan bentuk bangunan, Masjid
ini memiliki gaya arsitektur Niuwe Bouwen. Akihary (dalam
Handinoto, 1996: 237-238) menggunakan istilah gaya bangunan sesudah tahun
1920-an dengan nama Niuwe
Bouwen yang merupakan penganut dari aliran International
Style. Seperti halnya arsitektur barat lain yang diimpor, maka penerapannya
disini selalu disesuaikan dengan iklim serta tingkat teknologi setempat. Wujud
umum dari dari penampilan arsitektur Niuwe Bouwen ini menurut formalnya
berwarna putih, atap datar, menggunakan gevel horizontal dan volume bangunan yang
berbentuk kubus
Gaya ini (Niuwe Bouwen/ New
Building) adalah sebuah istilah untuk beberapa arsitektur
internasional dan perencanaan inovasi radikal dari periode 1915 hingga sekitar
tahun 1960. Gaya ini dianggap sebagai pelopor dari International Style.
Istilah “Nieuwe Bouwen” ini diciptakan pada tahun dua puluhan
dan digunakan untuk arsitektur modern pada periode ini di Jerman, Belanda dan Perancis.
Arsitek Nieuwe Bouwen nasional dan regional menolak tradisi
dan pamer dan penampilan. Dia ingin yang baru, bersih, berdasarkan bahasa
desain sederhana, dan tanpa hiasan.
Karakteristik Nieuwe Bouwen
meliputi:
a) Transparansi, ruang, cahaya dan udara. Hal ini
dicapai melalui penggunaan bahan-bahan modern dan metode konstruksi.
b) Simetris dan pengulangan yaitu keseimbangan
antara bagian-bagian yang tidak setara.
c) Penggunaan warna bukan sebagai hiasan namun
sebagai sarana ekspresi.
Beberapa elemen pada arsitektur kolonial belanda
di Indonesia :
Elemen-elemen bangunan bercorak Belanda yang
banyak digunakan dalam arsitektur kolonial Hindia Belanda (Handinoto,
1996:165-178) antara lain: a) gevel (gable)
pada tampak depan bangunan; b) tower; c)
dormer; d) windwijzer (penunjuk angin);
e) nok acroterie (hiasan puncak atap); f) geveltoppen
(hiasan kemuncak atap depan); g) ragam hias pada tubuh bangunan; dan h) balustrade.
Bangunan ini memiliki
karakteristik tersebut walaupun pada akhirnya arsitek Belanda menyesuaikan dengan
iklim setempat dan lahirlah Indhisce
Style. ada beberapa ciri yaitu ;
Referensi:
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan
Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. Diterbitkan atas
Kerja Sama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Kristen Petra Surabaya dan Penerbit Andi. Yogyakarta: Andi Offset
Sumalyo, Yulianto. 1995. Arsitektur
Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
http://nl.wikipedia.org/wiki/Nieuwe_Bouwen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar